Rabu, 30 Desember 2009

MR : Masalah Dan Dinamika Industri Kecil Pasca Krisis Ekonomi

MASALAH DAN DINAMIKA INDUSTRI KECIL
PASCA KRISIS EKONOMI
Tema
yang dibahas dalam jurnal masalah dan dinamika industry kecil pasca krisis ekonomi adalah Krisis ekonomi sejak pertengahan tahun1997 dan puncaknya pada tahun 1998 berdampak negatif terhadap sektor industri. Sektor industri manufaktur yang relative lebih tahan (survive) terhadap dampak negatif krisis adalah industri yang umumnya menggunakan bahan baku domestik, berorientasi ekspor, dan tidak mempunyai utang luar negeri yang signifikan (lihat studi Sri Susilo dan Sri Handoko, 2002; Hallaward-Driemeir, 2001; Widianto dan Choesni, 1999).

Latar belakang dalam jurnal ini bahwa Krisis ekonomi berdampak negatif terhadap industri besar dan sedang (IBS) maupun terhadap industri kecil dan industry kerajinan rumah tangga (IKKRT). Krisis menyebabkan hampir semua kelompok industri mengalami penurunan dalam jumlah produksi dan tenaga kerja (Setiadji, 2002). Studi monitoring dampak krisis terhadap usaha kecil antara lain dilakukan oleh Akatiga bekerja sama dengan Asia Foundation (1999). Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada awal krisis usaha kecil juga sangat terpukul oleh krisis ekonomi yang terjadi, namun jika dibandingkan dengan usaha formal skala menengah dan besar, usaha kecil lebih dahulu memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Selain itu, dampak krisis terhadap usaha kecil juga beragam. Faktor penentu kinerja atau ketahanan usaha kecil di masa krisis adalah kombinasi dari duaunsur, yaitu (Sri Susilo dan Sri Handoko,2002):
(1) faktor permintaan pasar, dan
(2) kenaikan harga input dan kelangkaanbarang input.
Dari sisi faktor permintaan kinerja usaha akan bertahan atau membaik jika pangsa pasarnya tidak terpengaruh krisis atau bahkan meningkat karena krisis. Kinerja usaha dapat bertahan atau membaik juga dapat disebabkan oleh harga input yang digunakan terpengaruh oleh krisis ekonomi atau tidak. Kemudian studi lanjutan yang dilakukan oleh Akatiga dan Asia Foundation (2000) menunjukkan bahwa meskipun ada perbaikan kondisi ekonomi makro Indonesia, namun kondisi tersebut tidak merata dirasakan oleh seluruh usaha kecil dan menengah (UKM). Studi ini
menemukan bahwa sub-sektor industry pengolahan makanan menunjukkan kinerja yang meningkat, sedangkan sub-sektor jasa perdagangan dan produk pertanian kinerjanya menurun. Sementara itu proporsi UKM dengan kinerja yang meningkat dan menurun hampir berimbang untuk subsector industri mebel kayu dan industry pakaian jadi. Studi mengenai dampak krisis ekonomi terhadap industri kecil telah banyak dilakukan, namun riset mengenai industry kecil pasca krisis ekonomi masih relatif terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis masalah serta dinamika industri kecil pasca krisis ekonomi, khususnya tahun 2002. Batasan industry kecil dalam riset ini mencakup unit produksi yang mempunyai tenaga kerja 1 – 19 orang, dengan demikian batasan industry kecil juga mencakup industri kerajinan rumah tangga.

Metodologi penelitian ini adalah: (1) metode telaah literatur,dan
(2) metode survei lapangan, dan
(3) FGD (focus group discussion).
Telaah literatur, khususnya studi atau riset sebelumnya dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh industri kecil, sedangkan survey lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data primer. Dalam survei tersebut, responden mengisi kuesioner atau daftar
pertanyaan yang telah disiapkan. Di samping itu juga dilakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview) untuk beberapa responden dengan tujuan untuk cek silang (cross-check) terhadap data yang telah dikumpulkan dari kuesioner. Dari wawancara mendalam tersebut diharapkan juga diperoleh informasi lebih mendalam dan informasi lain yang belum tercakup dalam kuesioner. Dalam penelitian ini juga digunakan metode focus group discussion (FGD) agar diperoleh informasi dan data yang lengkap dari berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan IKKRT.

Metode Pengumpulan Data
Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode survei. Metode survei dilakukan dengan penyebaran kuesioner/daftar pertanyaan yang telah disiapkan kepada responden penelitian. Salah satu ciri dari metode penelitian survei adalah digunakan kuesioner untuk memperoleh data dan
informasi (Singarimbun dan Effendi, 1989). Di samping itu, untuk memperoleh berbagai informasi yang belum tercakup dalam kuesioner maka dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Kegiatan survei dan wawancara mendalam dilakukan pada bulan Juni – Juli 2003. Jumlah unit usaha IKKRT yang dipilih menjadi sampel sebanyak 325 buah, namun yang diolah dan dianalis sebanyak 320 unit usaha atau sebesar 98,46% dari total responden (Tabel 1). Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode stratified sampling dan simple random sampling (Sekaran 2003; Sugiarto, et. al, 2001). Stratified sampling digunakan untuk menentukan jenis usaha dan lokasi dari industri kecil yang akan diteliti. Stratifikasi/pengelompokan jenis usaha dan lokasi dimaksudkan agar dapat diperoleh data dari satu jenis usaha yang homogen sehingga akan mempermudah dalam pengambilan sampel. Setelah dilakukan stratifikasi sampel berdasarkan jenis usaha dan lokasi usaha maka langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Jenis usaha industri kecil dan lokasi penelitian yang dipilih untuk diteliti adalah:
(1) industri pengolahan makanan,
(2)industri pakaian jadi,
(3) industri mebel kayu,
(4) industri kerajinan kulit,
(5)industri kerajinan gerabah dan keramik,
(6)industri kerajinan lainnya (genteng dan kerajinan bambu) yang berlokasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah. Pilihan terhadap jenis usaha industri kecil didasarkan pada pertimbangan bahwa industri tersebut relatif mempunyai kemampuan bertahan di masa krisis ekonomi (lihat misalnya studi Akatiga dan Asia Foundation, 1999; 2000). Selanjutnya, agar dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam lagi maka dilakukan wawancara mendalam terhadap para pengusaha atau produsen dari industry kecil di wilayah penelitian. Pada setiap kelompok jenis/kelompok usaha industry kecil diambil 3 (tiga) responden untuk diwawancarai secara mendalam. Wawancara mendalam ini dilakukan untuk mengetahui dinamika yang lebih rinci dari kegiatan industri kecil dan informasi lain yang belum diperoleh dari kuesioner. Di samping dengan wawancara mendalam, untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam juga dilakukan FGD (focus group discussion). FGD (focus group discussion) adalah metode penelitian melalui proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Peserta diskusi adalah pemilik atau pengelola IKKRT, dinas/instansi terkait (Perindustrian dan Perdagangan, serta Koperasi dan UKM) dan akademisi dari Perguruan Tinggi. Dalam diskusi ini tim peneliti bertindak sebagai fasilitator.

Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan bersumber pada data terbitan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag), dan BPS (Badan Pusat Statistik). Di samping itu dari telaah literatur yang dilakukan diperoleh informasi dan data yang terkait dengan tujuan riset.

Alat Analisis
Data akan dianalisis berdasarkan analisis deskriptif, yaitu melalui penyajian distribusi frekuensi, pengukuran tendensi sentral, dan pengukuran variasi kelompok. Sekalipun metode ini relatif sederhana, namun bisa memberikan informasi yang memadai sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis dilakukan didasarkan pada teori dan konsep ekonomi (economically meaningful) (Sri Susilo, et al., 2002; 2003). Di samping itu analisis deskriptif ini juga didukung dengan telaah literatur, agar diperoleh hasil analisis yang lebih mendalam dan komprehensif. Dalam analisis deskriptif dilakukan interprestasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitian tersebut. Di samping itu juga dilakukan komparasi antara hasil penelitian dengan hasil-hasil penelitian terkait
dan dilakukan korelasi antara hasilhasil penelitian tersebut dengan teori atau konsep yang relevan (Singarimbun dan Effendi, 1989).

Hasil dari penelitian menunjukkan Lokasi penelitian di wilayah Yogyakarta (Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman) serta wilayah Surakarta (Kabupaten Klaten). Jumlah responden yang disurvei mencapai 320 pengusaha industri kecil dan industry kerajinan rumah tangga (IKKRT). Responden yang tinggal di wilayah Yogyakarta sebanyak 200 orang (62,5%) dan bertempat tinggal di wilayah Surakarta sebanyak 120 responden (37,5%). Selanjutnya dari jenis/kelompok industry yang dipilih menjadi sampel dari survey ini adalah industri pengolahan makanan sebanyak 50 unit usaha (15,625%), industry pembuatan pakaian jadi 60 unit usaha (18,75%), industri mebel kayu 60 unit (18,75%), industri kerajinan kulit 30 unit usaha (9,375%), industri kerajinan gerabah/ keramik 60 unit usaha (18,75%), dan industri lainnya (genteng dan kerajinan bambu) sebanyak 60 unit usaha (18,75%) (Gambar 1). Sedangkan industri pengolahan makanan yang dipilih menjadi responden adalah industri pembuatan tahu (30 unit usaha atau 9,375%), industri makanan bakpia (10 unit usaha atau 3,125%), industry makanan geplak dan industri makanan lainnya (10 unit usaha atau 3,125%). Sedangkan yang termasuk industri lainnya dalam survei ini industri pembuatan gendeng (50 unit usaha atau 15,625%) dan industri kerajinan bambu (10 unit usaha atau 3,125%). Masalah dan Dinamika Industri Kecil Pasca Krisis Ekonomi (Y. Susilo & A. Edi Sutarta) Sebagian besar dari unit usaha yang disurvei merupakan perusahaan pribadi (314 unit atau 98,125%), dan hanya 6 unit usaha (1,175%) yang berbadan hukum yaitu CV. Kondisi ini secara keseluruhan dapat dikatakan tidak berbeda dengan hasil survey BPS (2001). Selanjutnya dari sisi kepemilikan 272 unit usaha (85,0%) merupakan milik pribadi dan sisanya sebanyak 48 unit usaha (15,0%) merupakan perusahaan keluarga. Berdasarkan status badan hukum dari unit usaha, sebagian besar yaitu 314 unit (98,125%) tidak atau belum berbadan hukum, sedangkan sisanya sebanyak 6 unit (1,875%) mempunyai status badan hukum PT dan CV. Temuan ini jika dibandingkan dengan studi BPS (2001) maka hasilnya dapat dikatakan tidak jauhberbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar