Rabu, 30 Desember 2009

Riset perilaku konsumen ( budaya - sub sudaya - kelas sosial

Riset perilaku konsumen ( budaya- sub budaya- kelas social )
Dibawah ini terdapat tulisan mengenai riset perilaku kunsumen ( budaya – sub budaya – kelas social ) khususnya perilaku konsumen mengenai keputusan pembelian dari pembeli yang ditulis Bapak Adimursalin

Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan. Karenanya kita akan membahas pengaruh tiap faktor terhadap perilaku pembelian.
Faktor-Faktor Kebudayaan:
KEBUDAYAANKebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan Seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga-lembaga sosial penting lainnya. Seorang anak yang dibesarkan di Amerika akan terbuka pada nilai-nilai prestasi dan keberhasilan, kegiatan efisiensi dan kepraktisan, kemajuan, kenyamanan dari segi materi, individualisme, kebebasan, kenyamanan di luar, kemanusiaan dan jiwa muda.

SUB-BUDAYASetiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya-sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: Kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.

KELAS SOSIALKelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.

Faktor-Faktor Sosial:
KELOMPOK REFERENSIKelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa di antaranya adalah kelompok-kelompok primer, yang dengan adanya interaksi yang cukup, berkesinambungan, seperti keluarga, teman, tetangga dan teman sejawat. Kelompok-kelompok sekunder, yang cenderung lebih resmi dan yang mana interaksi yang terjadi kurang berkesinambungan. Kelompok yang seseorang ingin menjadi anggotanya disebut kelompok aspirasi. Sebuah kelompok diasosiatif (memisahkan diri) adalah sebuah kelompok yang nilai atau perilakunya tidak disukai oleh individu.Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka pada tiga cara. Pertama, kelompok; referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru. Kedua, mereka juga mempengaruhi sikap, dan konsep, jati-diri seseorang karena orang tersebut umumnya ingin “menyesuaikan diri”. Ketiga, mereka menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.
KELUARGAKita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua, seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-¬anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.
PERAN DAN STATUSSeseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status
Faktor Pribadi :
UMUR DAN TAHAPAN DALAM SIKLUS HIDUPKonsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.
PEKERJAANPara pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
KEADAAN EKONOMIYang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (temasuk persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.
GAYA HIDUPGaya hidup seseorang adalah pola hidup di didunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
KEPRIBADIAN DAN KONSEP DIRIYang, dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antra jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.
http://adimursalin.edublogs.org/prilaku-konsumen/

MR : Masalah Dan Dinamika Industri Kecil Pasca Krisis Ekonomi

MASALAH DAN DINAMIKA INDUSTRI KECIL
PASCA KRISIS EKONOMI
Tema
yang dibahas dalam jurnal masalah dan dinamika industry kecil pasca krisis ekonomi adalah Krisis ekonomi sejak pertengahan tahun1997 dan puncaknya pada tahun 1998 berdampak negatif terhadap sektor industri. Sektor industri manufaktur yang relative lebih tahan (survive) terhadap dampak negatif krisis adalah industri yang umumnya menggunakan bahan baku domestik, berorientasi ekspor, dan tidak mempunyai utang luar negeri yang signifikan (lihat studi Sri Susilo dan Sri Handoko, 2002; Hallaward-Driemeir, 2001; Widianto dan Choesni, 1999).

Latar belakang dalam jurnal ini bahwa Krisis ekonomi berdampak negatif terhadap industri besar dan sedang (IBS) maupun terhadap industri kecil dan industry kerajinan rumah tangga (IKKRT). Krisis menyebabkan hampir semua kelompok industri mengalami penurunan dalam jumlah produksi dan tenaga kerja (Setiadji, 2002). Studi monitoring dampak krisis terhadap usaha kecil antara lain dilakukan oleh Akatiga bekerja sama dengan Asia Foundation (1999). Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada awal krisis usaha kecil juga sangat terpukul oleh krisis ekonomi yang terjadi, namun jika dibandingkan dengan usaha formal skala menengah dan besar, usaha kecil lebih dahulu memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Selain itu, dampak krisis terhadap usaha kecil juga beragam. Faktor penentu kinerja atau ketahanan usaha kecil di masa krisis adalah kombinasi dari duaunsur, yaitu (Sri Susilo dan Sri Handoko,2002):
(1) faktor permintaan pasar, dan
(2) kenaikan harga input dan kelangkaanbarang input.
Dari sisi faktor permintaan kinerja usaha akan bertahan atau membaik jika pangsa pasarnya tidak terpengaruh krisis atau bahkan meningkat karena krisis. Kinerja usaha dapat bertahan atau membaik juga dapat disebabkan oleh harga input yang digunakan terpengaruh oleh krisis ekonomi atau tidak. Kemudian studi lanjutan yang dilakukan oleh Akatiga dan Asia Foundation (2000) menunjukkan bahwa meskipun ada perbaikan kondisi ekonomi makro Indonesia, namun kondisi tersebut tidak merata dirasakan oleh seluruh usaha kecil dan menengah (UKM). Studi ini
menemukan bahwa sub-sektor industry pengolahan makanan menunjukkan kinerja yang meningkat, sedangkan sub-sektor jasa perdagangan dan produk pertanian kinerjanya menurun. Sementara itu proporsi UKM dengan kinerja yang meningkat dan menurun hampir berimbang untuk subsector industri mebel kayu dan industry pakaian jadi. Studi mengenai dampak krisis ekonomi terhadap industri kecil telah banyak dilakukan, namun riset mengenai industry kecil pasca krisis ekonomi masih relatif terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis masalah serta dinamika industri kecil pasca krisis ekonomi, khususnya tahun 2002. Batasan industry kecil dalam riset ini mencakup unit produksi yang mempunyai tenaga kerja 1 – 19 orang, dengan demikian batasan industry kecil juga mencakup industri kerajinan rumah tangga.

Metodologi penelitian ini adalah: (1) metode telaah literatur,dan
(2) metode survei lapangan, dan
(3) FGD (focus group discussion).
Telaah literatur, khususnya studi atau riset sebelumnya dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh industri kecil, sedangkan survey lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data primer. Dalam survei tersebut, responden mengisi kuesioner atau daftar
pertanyaan yang telah disiapkan. Di samping itu juga dilakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview) untuk beberapa responden dengan tujuan untuk cek silang (cross-check) terhadap data yang telah dikumpulkan dari kuesioner. Dari wawancara mendalam tersebut diharapkan juga diperoleh informasi lebih mendalam dan informasi lain yang belum tercakup dalam kuesioner. Dalam penelitian ini juga digunakan metode focus group discussion (FGD) agar diperoleh informasi dan data yang lengkap dari berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan IKKRT.

Metode Pengumpulan Data
Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode survei. Metode survei dilakukan dengan penyebaran kuesioner/daftar pertanyaan yang telah disiapkan kepada responden penelitian. Salah satu ciri dari metode penelitian survei adalah digunakan kuesioner untuk memperoleh data dan
informasi (Singarimbun dan Effendi, 1989). Di samping itu, untuk memperoleh berbagai informasi yang belum tercakup dalam kuesioner maka dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Kegiatan survei dan wawancara mendalam dilakukan pada bulan Juni – Juli 2003. Jumlah unit usaha IKKRT yang dipilih menjadi sampel sebanyak 325 buah, namun yang diolah dan dianalis sebanyak 320 unit usaha atau sebesar 98,46% dari total responden (Tabel 1). Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode stratified sampling dan simple random sampling (Sekaran 2003; Sugiarto, et. al, 2001). Stratified sampling digunakan untuk menentukan jenis usaha dan lokasi dari industri kecil yang akan diteliti. Stratifikasi/pengelompokan jenis usaha dan lokasi dimaksudkan agar dapat diperoleh data dari satu jenis usaha yang homogen sehingga akan mempermudah dalam pengambilan sampel. Setelah dilakukan stratifikasi sampel berdasarkan jenis usaha dan lokasi usaha maka langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Jenis usaha industri kecil dan lokasi penelitian yang dipilih untuk diteliti adalah:
(1) industri pengolahan makanan,
(2)industri pakaian jadi,
(3) industri mebel kayu,
(4) industri kerajinan kulit,
(5)industri kerajinan gerabah dan keramik,
(6)industri kerajinan lainnya (genteng dan kerajinan bambu) yang berlokasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah. Pilihan terhadap jenis usaha industri kecil didasarkan pada pertimbangan bahwa industri tersebut relatif mempunyai kemampuan bertahan di masa krisis ekonomi (lihat misalnya studi Akatiga dan Asia Foundation, 1999; 2000). Selanjutnya, agar dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam lagi maka dilakukan wawancara mendalam terhadap para pengusaha atau produsen dari industry kecil di wilayah penelitian. Pada setiap kelompok jenis/kelompok usaha industry kecil diambil 3 (tiga) responden untuk diwawancarai secara mendalam. Wawancara mendalam ini dilakukan untuk mengetahui dinamika yang lebih rinci dari kegiatan industri kecil dan informasi lain yang belum diperoleh dari kuesioner. Di samping dengan wawancara mendalam, untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam juga dilakukan FGD (focus group discussion). FGD (focus group discussion) adalah metode penelitian melalui proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Peserta diskusi adalah pemilik atau pengelola IKKRT, dinas/instansi terkait (Perindustrian dan Perdagangan, serta Koperasi dan UKM) dan akademisi dari Perguruan Tinggi. Dalam diskusi ini tim peneliti bertindak sebagai fasilitator.

Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan bersumber pada data terbitan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag), dan BPS (Badan Pusat Statistik). Di samping itu dari telaah literatur yang dilakukan diperoleh informasi dan data yang terkait dengan tujuan riset.

Alat Analisis
Data akan dianalisis berdasarkan analisis deskriptif, yaitu melalui penyajian distribusi frekuensi, pengukuran tendensi sentral, dan pengukuran variasi kelompok. Sekalipun metode ini relatif sederhana, namun bisa memberikan informasi yang memadai sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis dilakukan didasarkan pada teori dan konsep ekonomi (economically meaningful) (Sri Susilo, et al., 2002; 2003). Di samping itu analisis deskriptif ini juga didukung dengan telaah literatur, agar diperoleh hasil analisis yang lebih mendalam dan komprehensif. Dalam analisis deskriptif dilakukan interprestasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitian tersebut. Di samping itu juga dilakukan komparasi antara hasil penelitian dengan hasil-hasil penelitian terkait
dan dilakukan korelasi antara hasilhasil penelitian tersebut dengan teori atau konsep yang relevan (Singarimbun dan Effendi, 1989).

Hasil dari penelitian menunjukkan Lokasi penelitian di wilayah Yogyakarta (Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman) serta wilayah Surakarta (Kabupaten Klaten). Jumlah responden yang disurvei mencapai 320 pengusaha industri kecil dan industry kerajinan rumah tangga (IKKRT). Responden yang tinggal di wilayah Yogyakarta sebanyak 200 orang (62,5%) dan bertempat tinggal di wilayah Surakarta sebanyak 120 responden (37,5%). Selanjutnya dari jenis/kelompok industry yang dipilih menjadi sampel dari survey ini adalah industri pengolahan makanan sebanyak 50 unit usaha (15,625%), industry pembuatan pakaian jadi 60 unit usaha (18,75%), industri mebel kayu 60 unit (18,75%), industri kerajinan kulit 30 unit usaha (9,375%), industri kerajinan gerabah/ keramik 60 unit usaha (18,75%), dan industri lainnya (genteng dan kerajinan bambu) sebanyak 60 unit usaha (18,75%) (Gambar 1). Sedangkan industri pengolahan makanan yang dipilih menjadi responden adalah industri pembuatan tahu (30 unit usaha atau 9,375%), industri makanan bakpia (10 unit usaha atau 3,125%), industry makanan geplak dan industri makanan lainnya (10 unit usaha atau 3,125%). Sedangkan yang termasuk industri lainnya dalam survei ini industri pembuatan gendeng (50 unit usaha atau 15,625%) dan industri kerajinan bambu (10 unit usaha atau 3,125%). Masalah dan Dinamika Industri Kecil Pasca Krisis Ekonomi (Y. Susilo & A. Edi Sutarta) Sebagian besar dari unit usaha yang disurvei merupakan perusahaan pribadi (314 unit atau 98,125%), dan hanya 6 unit usaha (1,175%) yang berbadan hukum yaitu CV. Kondisi ini secara keseluruhan dapat dikatakan tidak berbeda dengan hasil survey BPS (2001). Selanjutnya dari sisi kepemilikan 272 unit usaha (85,0%) merupakan milik pribadi dan sisanya sebanyak 48 unit usaha (15,0%) merupakan perusahaan keluarga. Berdasarkan status badan hukum dari unit usaha, sebagian besar yaitu 314 unit (98,125%) tidak atau belum berbadan hukum, sedangkan sisanya sebanyak 6 unit (1,875%) mempunyai status badan hukum PT dan CV. Temuan ini jika dibandingkan dengan studi BPS (2001) maka hasilnya dapat dikatakan tidak jauhberbeda.

MR : Analisis Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI

ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI

Tema yang dibahas dalam jurnal adalah perputaran persediaan terhadap likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Topic ini sangat menarik karna kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain likuiditas perusahaan itu sendiri.

Motivasi atau latar belakang dalam jurnal tersebut adalah memberikan karangka dasar bagaimana cara melakukan penelitian pengaruhnya terhadap perputaraan persediaan terhadap likuiditas pada perusahaan barang konsumsi. Aspek-aspek yang bisa dipakai untuk melihat kondis likuiditas suatau perusahaan antara lain dengan menggunakan rasio lancar. Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Tujuan dari penelitian ini adalah utamanya untuk memperoleh laba yang maksimal dan kelangsungan hidup perusahaan ( going concern )
Metodologi dalam penelitian menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan yaitu laporan neraca perusahaan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI dan Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Tehnik ini mengumpulkan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara pengumpulan,pencatatan dan pengcopyan laporan-laporan keuangan. Sumber data penelitian yaitu situs BEI yaitu http://www.idx.co.id/ dan Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Penelitian menggunakan analisis regresi sederhana. Penggunaan analisis regresi sederhana harus bebas dari pengujian asumsi klasik. Untuk itu sebelum dilakukan analisis regresi sederhana harus dilakuakn pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan uji normalitas,uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Analisis datadalam penelitian ini menggunkan analisis regresi linear sederhana. Analisis regresi dengan menggunakan sofwere SPSS 16.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan korelasi atau hubungan antara variable independen perputaran persediaan dengan variable dependen yaitu likuiditas yang diukur dengan rasio lancar adalah tidak kuat. Hal ini berarti perputaran persediaan tidak cukup mampu untuk dapat menjelaskan likuditas di suatu perusaahaan.